JAKARTA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai mengambil langkah strategis untuk mempercepat swasembada pangan, terutama produksi daging sapi.
Pemanfaatan lahan pemerintah maupun lahan perusahaan dilakukan dengan mengintegrasikan sektor strategis seperti pertanian, kehutanan, dan pertambangan.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi, menjelaskan bahwa pengembangan ini bagian dari upaya mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sekaligus memenuhi kebutuhan daging merah yang terus meningkat.
“Kalsel terus berupaya melakukan percepatan swasembada pangan untuk sektor peternakan khususnya produksi daging merah yang masih kurang. Untuk produksi ayam dan telur, Kalsel sudah surplus,” ungkap Suparmi.
Langkah ini diambil karena Kalsel menargetkan diri sebagai lumbung pangan regional di Kalimantan dan penyokong kebutuhan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Selama ini, sebagian kebutuhan daging sapi di Kalsel masih dipasok dari luar daerah, seperti Jawa Timur, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat, sehingga ketergantungan ini mendorong pemerintah untuk memaksimalkan produksi lokal.
Pemanfaatan Lahan Strategis Untuk Sapi Terintegrasi
Pemprov Kalsel mengembangkan peternakan sapi terintegrasi di beberapa jenis lahan, mulai dari kawasan hutan, lahan tambang (sebagai bagian program CSR perusahaan), hingga lahan perkebunan.
Model integrasi ini tidak hanya meningkatkan populasi sapi tetapi juga memaksimalkan penggunaan lahan yang sebelumnya kurang produktif.
Salah satu program unggulan adalah Siskakuintip (Sapi Integrasi Kelapa Sawit), yang telah menjadi percontohan nasional.
Program ini memungkinkan sapi memanfaatkan lahan perkebunan kelapa sawit secara efisien, sehingga limbah perkebunan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Strategi ini menurunkan biaya produksi sekaligus memberikan nilai tambah bagi pengelola perkebunan.
Selain itu, pengembangan sapi juga dilakukan di lahan milik Perkebunan Nusantara (PTPN) dengan melibatkan Danantara sebagai investor.
“Tahap awal ada 700 ekor sapi yang dikembangkan di lahan PTPN. Ini menggunakan skema investasi melalui Danantara,” jelas Suparmi.
Skema ini memperlihatkan kolaborasi pemerintah, BUMN, dan investor swasta dalam membangun sektor peternakan yang produktif.
Strategi Mendukung Swasembada dan MBG
Program ini bertujuan memenuhi kebutuhan daging merah lokal dan mendukung implementasi Program MBG yang menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak dan masyarakat kurang mampu.
Dengan pengembangan peternakan terintegrasi, diharapkan pasokan daging sapi menjadi lebih stabil, harga lebih terjangkau, dan logistik lebih efisien.
Suparmi menekankan bahwa percepatan swasembada daging sapi menjadi prioritas utama. Hal ini karena, selain memenuhi kebutuhan lokal, ketersediaan daging yang cukup akan mengurangi ketergantungan impor dan menjaga kestabilan harga di pasar.
Integrasi lintas sektor ini diharapkan dapat menjadi model bagi provinsi lain dalam membangun ketahanan pangan regional.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Pengembangan peternakan sapi di Kalsel tidak hanya menargetkan produksi pangan, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Aktivitas ternak sapi terintegrasi membutuhkan tenaga di bidang pemeliharaan, kesehatan hewan, logistik, dan manajemen pakan. Dengan demikian, program ini berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
Selain itu, strategi integrasi lahan hutan, tambang, dan perkebunan diharapkan ramah lingkungan. Pemanfaatan limbah perkebunan sebagai pakan ternak dan pengelolaan lahan secara terukur dapat meminimalkan dampak ekologis.
Program Siskakuintip sebagai percontohan nasional menunjukkan bahwa produksi daging sapi dapat meningkat tanpa merusak ekosistem lahan yang ada.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun program ini menjanjikan, tantangan tetap ada. Pengawasan kesehatan hewan, pengelolaan pakan, dan koordinasi lintas sektor menjadi aspek krusial agar peternakan berjalan optimal. Suparmi menekankan bahwa kualitas daging dan keamanan pangan menjadi prioritas utama.
Dengan skema kolaborasi antara pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, dan investor, Kalsel berharap mampu menjadi salah satu provinsi penghasil daging sapi terkemuka di Indonesia.
Keberhasilan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan program peternakan terintegrasi dengan pendekatan multisektoral.
Dalam jangka panjang, program ini tidak hanya meningkatkan ketersediaan daging merah di Kalsel, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional, menciptakan peluang ekonomi baru, dan menstimulasi pembangunan berbasis lahan yang lebih efisien.
Dengan dukungan semua pihak, Kalsel diyakini mampu mencapai target swasembada sapi dan mendukung program MBG secara optimal.